Kedudukan santri terhadap kyai dan pondoknya adalah sebagai berikut:
Sesuai dengan riwayat pondok di atas, kyai merupakan elemen pertama yang ada, kemudian calon santri datang dengan segala kerendahan hati, memohon kepada bapak kyai supaya berkenan mengizinkannya untuk ikut menikmati ilmu yang ada pada beliau. Jika santri terebut tidak setuju dengan apa yang diberikan oleh bapak kiyai, dari disiplin dan peraturan yang ada, maka dia boleh pulang ke tempat asalnya, atau pindah ke pondok lain dengan tidak meninggalkan kerusakan atau gangguan apapun, serta tidak perlu merasa berhutang budi kepada pondok beserta kiyainya.
Seorang kyai bagi santrinya disamping sebagai guru, merupakan seorang ayah, sekaligus sebagai motivator, dan problem solver. Tidak ada waktu yang dimilikinya kecuali digunakan untuk memikirkan pondoknya dan santrinya. Seluruh hidupnya dipersembahkan untuk perjuangan. Segala sesuatu yang bisa diberikan untuk pondoknya akan dikorbankan, baik dana, tenaga, pikiran, perasaan, bila perlu nyawa. Bahkan sejak awal berdirinya pondok ini, Kyai Zul tidak pernah mendapatkan bulanan dari pondoknya walau sepeserpun.
Santri yang datang memohon agar diterima menjadi anak didiknya kyai, setiap tahun ada yang datang dan ada yang keluar. Itu artinya bahwa wujudnya di pondok hanya sebagai penumpang sementara. Selama pondok ini masih hidup (ada kyainya, ada santrinya), selama itupun masih akan berdatangan penumpang-penumpang calon pejuang yang berniat baik ke pondok ini.
Sejak awal pondok ini tidak pernah mencari santri, melainkan santri tersebut yang datang memohon untuk diterima. Pondok tidak butuh santri melainkan santrilah yang membutuhkan pondok. Bagi yang siap, kuat, dan percaya silahkan ikut. Bagi yang tidak kuat, tidak siap, dan tidak percaya, silahkan cari yang lain.
Pondok ini adalah pondok ummat, bukan berarti bisa dibagi-bagi melainkan harus dijaga bersama. Pondok ini butuh dibela, dibantu dan diperjuangkan. Itulah kewajiban santri sebagai penumpang sementara. Iuran yang dibayarkan santri tiap bulan sebenarnya tidak cukup, namun karena berkah kebersamaan semuanya bisa dijalani bersama. Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing.